Pembekuan sel telur, atau yang sering dikenal dengan istilah egg freezing, merupakan salah satu prosedur medis yang semakin populer di kalangan wanita saat ini. Metode ini memungkinkan wanita untuk menyimpan sel telur mereka pada usia yang lebih muda agar dapat digunakan di masa depan, terutama ketika mereka ingin menunda kehamilan.
Secara sederhana, EEG Freezing atau egg freezing adalah proses pembekuan dan penyimpanan sel telur yang telah diambil dari ovarium wanita agar tetap dalam kondisi baik untuk digunakan di kemudian hari. Prosedur ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas sel telur yang cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Dengan teknologi pembekuan yang canggih, sel telur dapat disimpan dalam waktu lama tanpa kehilangan potensinya untuk dibuahi.
Kenapa banyak wanita memilih untuk melakukan pembekuan sel telur? Berikut adalah beberapa manfaat utama dari prosedur ini:
Prosedur pembekuan sel telur biasanya melibatkan beberapa tahap penting yang harus dijalani secara bertahap. Berikut gambaran umum prosesnya:
Wanita akan diberi suntikan hormon setiap hari selama 10-12 hari untuk merangsang ovarium menghasilkan banyak sel telur sekaligus, bukan hanya satu seperti siklus menstruasi biasa.
Selama masa stimulasi, dokter akan melakukan pemeriksaan berkala menggunakan ultrasound dan tes darah untuk memantau perkembangan sel telur agar tepat waktu dalam pengambilan.
Ketika sel telur sudah matang, dokter akan melakukan prosedur pengambilan sel telur dengan bantuan ultrasound melalui vagina. Prosedur ini berlangsung sekitar 20-30 menit dengan menggunakan anestesi ringan.
Setelah sel telur diambil, selanjutnya dilakukan proses pembekuan secara cepat (vitrifikasi) untuk menjaga kualitasnya sebelum disimpan dalam nitrogen cair.
Meskipun prosedur ini relatif aman, ada beberapa risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan, di antaranya:
Penting bagi calon pasien untuk berdiskusi secara mendalam dengan dokter mengenai kondisi kesehatan dan potensi risiko sebelum menjalani prosedur ini.
Prosedur pembekuan sel telur memang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Di Indonesia, biaya rata-rata untuk menjalani prosedur ini bisa dimulai dari sekitar Rp 44 juta, tergantung fasilitas medis dan dokter yang menangani. Selain biaya prosedur, ada juga biaya tambahan untuk penyimpanan sel telur setiap bulan atau tahun yang harus diperhitungkan.
Karena biaya cukup tinggi, banyak wanita yang mempertimbangkan secara matang dan mencari informasi sebanyak mungkin sebelum memutuskan untuk melakukan EEG freezing.
Usia ideal untuk melakukan pembekuan sel telur adalah saat kualitas dan kuantitas telur masih optimal, biasanya di bawah usia 35 tahun. Melakukan prosedur lebih awal meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan di masa depan. Namun, keputusan ini harus disesuaikan dengan kondisi pribadi dan konsultasi medis yang matang.
Prosedur EEG Freezing atau pembekuan sel telur merupakan pilihan cerdas bagi wanita yang ingin menjaga kesuburannya dan menunda kehamilan tanpa mengurangi peluang untuk memiliki anak di masa depan. Proses ini melibatkan stimulasi ovarium, pengambilan sel telur, dan pembekuan dengan teknologi canggih yang aman dan efektif. Namun, risiko dan biaya yang tidak sedikit membuat keputusan ini harus diambil dengan penuh pertimbangan dan konsultasi profesional.
Jika kamu mempertimbangkan untuk menjalani pembekuan sel telur, pastikan untuk berdiskusi dengan dokter spesialis reproduksi agar mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatanmu.
Baca Juga: Panduan Orang Tua Menghadapi Anak Menstruasi Pertama Kali