Bekam kepala merupakan salah satu bentuk terapi tradisional yang semakin populer di masyarakat. Teknik ini dilakukan dengan menempatkan cangkir khusus pada kulit kepala dan menciptakan tekanan hisap untuk merangsang aliran darah di area tersebut. Meskipun termasuk metode pengobatan kuno, bekam kepala masih banyak digunakan hingga saat ini untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan ringan.
Secara umum, bekam terbagi menjadi dua jenis, yaitu bekam kering (tanpa melukai kulit) dan bekam basah (dengan membuat sayatan kecil untuk mengeluarkan darah kotor). Pada terapi bekam kepala, biasanya titik yang digunakan berada di bagian belakang atau sisi kepala, tergantung pada keluhan pasien. Tujuannya adalah untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah dan merangsang sistem kekebalan tubuh.
Meski efektivitasnya belum sepenuhnya didukung penelitian medis, banyak orang yang merasa memperoleh manfaat dari bekam kepala. Berikut adalah beberapa manfaat yang dipercaya oleh sebagian besar pengguna terapi ini:
Bekam kepala dipercaya mampu meredakan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi darah, sehingga nyeri kepala atau migrain menjadi berkurang. Tekanan hisap yang dihasilkan memberikan efek relaksasi pada otot dan saraf di area kepala.
Salah satu efek dari terapi bekam adalah munculnya rasa tenang dan rileks setelah proses selesai. Banyak orang mengaku merasa lebih ringan dan segar setelah menjalani bekam kepala, terutama setelah mengalami hari yang melelahkan secara fisik maupun emosional.
Kekakuan otot di area leher dan bahu sering kali terjadi akibat duduk terlalu lama atau postur tubuh yang salah. Bekam kepala yang dilakukan pada titik-titik tertentu di sekitar tengkuk dipercaya mampu mengurangi rasa pegal dan meningkatkan fleksibilitas otot leher.
Pada teknik bekam basah, darah kotor dikeluarkan dari tubuh melalui sayatan kecil. Banyak praktisi pengobatan tradisional percaya bahwa hal ini dapat membantu mengeluarkan racun dari tubuh dan memperbaiki fungsi organ dalam.
Meskipun menawarkan berbagai manfaat, bekam kepala bukanlah terapi yang sepenuhnya bebas risiko. Beberapa efek samping yang bisa terjadi meliputi:
Terutama pada orang yang memiliki gangguan pembekuan darah, risiko perdarahan atau memar parah bisa lebih tinggi. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa terapi dilakukan oleh tenaga terlatih dan profesional.
Beberapa kondisi medis tertentu membuat seseorang sebaiknya menghindari terapi bekam kepala. Di antaranya:
Jika Anda memiliki kondisi medis kronis atau sedang mengonsumsi obat tertentu, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum menjalani terapi bekam kepala.
Agar terapi bekam memberikan manfaat maksimal tanpa efek samping yang berbahaya, perhatikan beberapa hal berikut:
Pastikan terapi dilakukan oleh tenaga profesional yang berpengalaman dalam bekam. Selain itu, alat yang digunakan harus steril dan prosedur dilakukan sesuai standar kebersihan.
Jika Anda sedang demam, flu berat, atau kelelahan, sebaiknya tunda terapi hingga kondisi tubuh pulih kembali. Tubuh yang lemah lebih rentan terhadap efek samping bekam.
Setelah bekam, penting untuk mengamati apakah ada reaksi negatif seperti infeksi, luka sulit sembuh, atau pusing berkepanjangan. Jika muncul keluhan serius, segera konsultasi ke fasilitas kesehatan.
Berikan waktu bagi tubuh untuk beristirahat minimal beberapa jam setelah bekam. Hindari olahraga berat, mandi air dingin, atau konsumsi makanan berminyak setelah terapi selesai.
Bekam kepala bisa menjadi alternatif pengobatan tradisional yang dipercaya membantu mengatasi beberapa keluhan ringan seperti sakit kepala, pegal, atau stres. Namun, karena belum banyak didukung bukti medis, terapi ini sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan tetap memperhatikan faktor keamanan. Selalu konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki kondisi medis tertentu sebelum melakukan bekam.
Ingat, meskipun terapi tradisional bisa mendukung kesehatan, bukan berarti dapat menggantikan pengobatan medis sepenuhnya. Lakukan dengan bijak, dan utamakan kesehatan serta keselamatan Anda.
Baca Juga: Apakah Minum Es Bikin Batuk? Ini Dia Penjelasan Medisnya